Kota Idi Pada Masa Keemasannya
Rumoh Beuso |
Seiring kemajuan kerajaan islam peureulak pada tahun 840 masehi, dengan ibukotanya bandar khalifah, yang pada awal berdirinya dipimpin seorang raja sultan alauddin abdul azis syah tahun 840-864 masehi. kota idi rayeuk yang kini menjadi pusat ibukota kabupaten aceh timur, sebuah dareah pesisir kerajaan peureulak juga menyimpan sejarah panjang .
Kemajuan perdagangan dan pelayaran sepanjang selat malaka tempo doeloe, telah mencatutkan nama idi sebagai sebuah pelabuhan perdagangan komoditi lada dan cengkeh bagi saudagar-saudagar dikawasan asia, eropa dan persia. Kedatangan imigran tionghoa mendiami kawasan idi dan sekitarnya dan berdirinya sebuah vihara murni sakti ditengah kota idi pada tahun 1886 masehi, merupakan sebuah bukti paradaban kota idi dimasa silam.
Dalam silsilah raja-raja aceh yang diterbitkan yayasan monisa, dan dalam buku tarikh aceh nusantara yang ditulis haji muhammad zainuddin. Panglima nyaksin seorang yang gagah berani dan kononnya mempunyai ilmu kebal merupakan orang pertama yang membuka hutan disekitaran kota idi sebagai lahan pertanian lada.
Seiring dengan kemajuan di bidang pertanian lada di sekitaran kota idi, kemudian warga dari kerajaan pasai, peusangan, pidie dan aceh besar terus berdatangan dan bermukim di kota idi dan sekitarnya. setelah penghuni seunubok yang dibuka semakin ramai maka bermuafakatlah semua rombongan untuk membuka lahan pertanian lada yang hasilnya kemudian dipasarkan ke pulau pineng melalui pelabuhan kuala idi rayeuk, karena letak pelabuhan idi setentang dengan pulau pineng.
Kala itu kapal-kapal dagang dan kapal raja antar bangsa mulai singgah di idi guna membeli hasil komoditi lada, adapun kapal yang singgah di idi kala itu yaitu kapal dari pegu, hock kwaton dan kapal –kapal imigran dari china. Bahkan sekiatar tahun 1841, peradaban idi mulai berubah dengan masuknya warga imigran dari rrc mulai berdatangan ke idi dan mendiami sejumlah wilayah sekitaran kota idi. Kedatangan para pedagang dari pineng yang kebanyakan warga thionghoa juga disambut baik kala itu oleh masyarakat idi.
Dimasa kepimpinan ulee balang T.Ben guci memerintah idi dan sekitarnya, pada tahun 1888 sebuah tepekong. Vihara murni sakti tempat ibadah warga thionghoa juga berdiri ditengah bandar idi, yaitu di gampong jawa sekarang. Vihara murni sakti, dibangun pada tahun 1888 setelah vihara yang sama. dibangun di pineng malaysia pada tahun 1886, kabarnya kala itu semua bahan bangunan vihara tersebut didatangkan dari pineng melalui palabuhan kuala idi. Bahkan disebuah batu tembok di vihara tersebut dengan tulisan bahasa china disana tercatat nama-nama warga thionghoa yang pertama sekali singgah di idi dan yang membangun tepekong tersebut.
Kota idi kala itu terus berkembang pesat dengan datangnya para pedagang dari pineng (malaysia sekarang), bermacam barang dagangan hasil komoditi kawasan idi dan sekitarnya, seperti lada, ikan, dan rempah lainya diangkut ke pineng sementara barang dari pineng juga masuk ke idi kala itu.
Selain itu, dimasa idi jaya dengan hasil lada, damar, kopra dan hasil komoditi perkebunan dan pertanian lainya di idi tempoe doeloe juga pernah mempunyai rel kereta api yang menghubungkan blang siguci arah selatan kota idi yang kini menjadi kecamatan idi tunong dengan palabuhan idi
Rumoeh beuso ( rumah besi ) yang dibangun pada tahun 1880 an yaitu istana kerajaan di Idi Rayeuk yang dipimpin oleh Tuanku Chik bin Guci , rumah terlihat seperti istana panggung. Atapnya dari bahan sirap dengan kerangka yang diukir. Bangunan ini disangga oleh pilar-pilar besi yang setiap ujungnya di ukir. Rumah ini dibangun ketika etnis TIONGHOA datang singgah ke idi karena perdagangan di kawasan pantai timur Aceh dari berbagai belahan dunia untuk memburu hasil bumi.
Sejarah dibangunnya Rumoeh beuso yaitu permintaan dari orang Tionghoa yang berkelana ke idi dengan tujuan bisnis mereka yaitu meminta kepada sang Raja Tuanku Chik bin Guci untuk membangun sebuah tempat beribadah untuk mereka yaitu sebuah Vihara, kemudian sang Raja menyetujui dengan syarat , mereka mesti membangun sebuah istana yaitu dikenal dengan Rumoeh beuso untuk sang Raja kemudian sepakatlah mereka untuk membangun rumoeh beuso dan sebuah vihara di idi rayeuk.
Category: Aceh Timur, Sejarah