Sejarah Raja Negeri Daya Sulthan Alaidin Ri’ayat Syah
Data Aceh. Aceh negerinya para raja yang hebat pada jaman nya. Banyak kerajaan yang berdiri di aceh dan mencapai puncak kejayaannya. Salah satu nya adalah kerajaan lamno jaya. Kerajaan yang berdiri pada tahun 1480 M dengan raja pertamanya po teumeureuhom yaitu salah seorang waliyullah yang bernama Sulthan Salatin Alaiddin Ria’yat Syah atau lebih dikenal Po Teumereuhom Daya atau Cik Po Kandang.
Raja Negeri Daya Sulthan Salathin Alaidin Ri’ayat Syah adalah putra raja Madat “Raja Pidie” yang menaklukkan Negeri Darul Kamal dan Kuta Alam dan sekarang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar, atau dalam sejarah lebih dikenal dengan nama “Sulthan Inayat Syah” putera raja “Abdullah Malikul Mubin”, tertera pada batu nisan asal keturunannya yaitu Putri Sulthan Salatin Aladdin Ria’yat Syah jelas tertulis: "Siti Hur Binti Salatin Alaiddin Ria’yat Syah Ibnu raja Madat Ibnu Abdullah Al-Malik Al-Mubin” Tulisan di nisan itu menunjukkan bahwa Salatin Alaiddin Ria’yat Syah adalah putra dari Raja Madat yang dalam sejarah dikenal dengan nama Inayat Syah. Dari keturunan beliaulah nantinya lahir raja-raja Aceh.
Selanjutnya keturunan ini menjadi cikal bakal Raja-raja di Aceh Darussalam, “Sulthan Inayat Syah” dikaruniai 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan, 3 orang anak laki-laki yaitu:
1. Sulthan Muzaffar Syah mewarisi Negeri Darul Kamal.
2. Sulthan Munawar Syah mewarisi Negeri Kuta Alam.
3. Sulthan Salathin Alaiddin Ri’ayat Syah menjadi raja di Kuta Madat, Negeri Pidie dan terakhir sebagai raja di Negeri daya, atau lebih dikenal dengan “Po Teumeureuhom”, atau “Cik Po Kandang”.
Menurut pengkhadam makam bahwa Sulthan Salathin Alaiddin Ri’ayat Syah atau Po Teumeureuhom adalah sahabat dari Saidina Ali RA. Sebelum beliau menuju ke Negeri Daya atau sekarang disebut Lamno beliau terlebih dulu singgah di Samudra Pasai.
Dalam Kitab Umdatul Lihab Karangan Makhdum Juhani, terdapat teks berbunyi: Telah berkata Sulthan Alaidin Ria’yat Syah yaitu Po Teumereuhom Daya, bahwa asal usul keturunan bangsa Syarif dan Said dari Saidina Hasan dan Saidina Husain, cucu Rasullullah SAW.
Pada abad ke XI Masehi Negeri Indra Jaya kedatangan serombongan bangsawan dari samudera Pasai yaitu rombongan “Datuk Paghu” putera maha raja “Bakoi Ahmad Permala Syah” yang berkuasa di samudera pasai pada tahun 801-831 M, “Datuk Paghu” dianugerahi tiga orang putra, yaitu:
“Johan Pahlawan” atau Syeh Johan”.
“Datok pahlawan syah”.
“Muda Perkasa”
Rombongan ini membuka daerah yang masih runyam dan membangun negeri baru, negeri yang dibangunnya dibagi kepada putranya, yaitu:
Wilayah Negeri Kuala Daya meliputi Lam Beusoe di kuasai dan diperintahkan oleh “Johan Pahlawan” Atau “Syeh Johan”.
Wilayah Negeri Keuluang di kuasai dan diperintahkan oleh “Datok Pahlawan Syah” yang dikenal sebagai pemberani.
Wilayah Negeri Lamno, di kuasai dan diperintahkan langsung oleh “Datuk Paghu” dibantu oleh putranya yang bungsu yaitu “Muda Perkasa”.
Berkat kesungguhannya ketiga datuk ini dalam beberapa puluh tahun daerah kekuasaannya menjadi makmur dengan hasil kehutanan dan pertanian terutama di Negeri Keluang sangat dikenal dengan Negeri penghasil Lada. Pada pertengahan abad ke XIII Masehi, Negeri Keuluang telah menjalin hubungan dengan Portugis sehingga semua hasil lada di Negeri Keuluang dimonopoli oleh portugis, dan pada akhirnya portugis menanamkan pengaruhnya dalam bidang politik pemerintahan Negeri Keuluang, sampai-sampai pada saat itu pahlawan menganggap dirinya sebagai Eropa (Portugis).
Raja Negeri Daya Sulthan Salathin Alaidin Ri’ayat Syah adalah putra raja Madat “Raja Pidie” yang menaklukkan Negeri Darul Kamal dan Kuta Alam dan sekarang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar, atau dalam sejarah lebih dikenal dengan nama “Sulthan Inayat Syah” putera raja “Abdullah Malikul Mubin”, tertera pada batu nisan asal keturunannya yaitu Putri Sulthan Salatin Aladdin Ria’yat Syah jelas tertulis: "Siti Hur Binti Salatin Alaiddin Ria’yat Syah Ibnu raja Madat Ibnu Abdullah Al-Malik Al-Mubin” Tulisan di nisan itu menunjukkan bahwa Salatin Alaiddin Ria’yat Syah adalah putra dari Raja Madat yang dalam sejarah dikenal dengan nama Inayat Syah. Dari keturunan beliaulah nantinya lahir raja-raja Aceh.
Selanjutnya keturunan ini menjadi cikal bakal Raja-raja di Aceh Darussalam, “Sulthan Inayat Syah” dikaruniai 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan, 3 orang anak laki-laki yaitu:
1. Sulthan Muzaffar Syah mewarisi Negeri Darul Kamal.
2. Sulthan Munawar Syah mewarisi Negeri Kuta Alam.
3. Sulthan Salathin Alaiddin Ri’ayat Syah menjadi raja di Kuta Madat, Negeri Pidie dan terakhir sebagai raja di Negeri daya, atau lebih dikenal dengan “Po Teumeureuhom”, atau “Cik Po Kandang”.
Menurut pengkhadam makam bahwa Sulthan Salathin Alaiddin Ri’ayat Syah atau Po Teumeureuhom adalah sahabat dari Saidina Ali RA. Sebelum beliau menuju ke Negeri Daya atau sekarang disebut Lamno beliau terlebih dulu singgah di Samudra Pasai.
Dalam Kitab Umdatul Lihab Karangan Makhdum Juhani, terdapat teks berbunyi: Telah berkata Sulthan Alaidin Ria’yat Syah yaitu Po Teumereuhom Daya, bahwa asal usul keturunan bangsa Syarif dan Said dari Saidina Hasan dan Saidina Husain, cucu Rasullullah SAW.
Asal keturunan kami raja-raja Aceh dari Syam, yang mula mula datang ke Aceh empat bersaudara yaitu:
1. Meurah Po He La Syahir Nuwi, mendirikan Negeri Peureulak
2. Meurah Jeumpa Syahir Tanwi, mendirikan Negeri Jeumpa
3. Meurah Pau Ling (Syahir Pau Li), mendirikan Negeri Po Li Sama Indra (Pidie)
4. Meurah Dau Li (Syahir Duli), mula-mula membuka Negeri Indra Purwa, Bandar Lamuri.
Pada abad ke XI Masehi Negeri Indra Jaya kedatangan serombongan bangsawan dari samudera Pasai yaitu rombongan “Datuk Paghu” putera maha raja “Bakoi Ahmad Permala Syah” yang berkuasa di samudera pasai pada tahun 801-831 M, “Datuk Paghu” dianugerahi tiga orang putra, yaitu:
“Johan Pahlawan” atau Syeh Johan”.
“Datok pahlawan syah”.
“Muda Perkasa”
Rombongan ini membuka daerah yang masih runyam dan membangun negeri baru, negeri yang dibangunnya dibagi kepada putranya, yaitu:
Wilayah Negeri Kuala Daya meliputi Lam Beusoe di kuasai dan diperintahkan oleh “Johan Pahlawan” Atau “Syeh Johan”.
Wilayah Negeri Keuluang di kuasai dan diperintahkan oleh “Datok Pahlawan Syah” yang dikenal sebagai pemberani.
Wilayah Negeri Lamno, di kuasai dan diperintahkan langsung oleh “Datuk Paghu” dibantu oleh putranya yang bungsu yaitu “Muda Perkasa”.
Berkat kesungguhannya ketiga datuk ini dalam beberapa puluh tahun daerah kekuasaannya menjadi makmur dengan hasil kehutanan dan pertanian terutama di Negeri Keluang sangat dikenal dengan Negeri penghasil Lada. Pada pertengahan abad ke XIII Masehi, Negeri Keuluang telah menjalin hubungan dengan Portugis sehingga semua hasil lada di Negeri Keuluang dimonopoli oleh portugis, dan pada akhirnya portugis menanamkan pengaruhnya dalam bidang politik pemerintahan Negeri Keuluang, sampai-sampai pada saat itu pahlawan menganggap dirinya sebagai Eropa (Portugis).