Tari Tarek Pukat, Tarian Tradisional Nelayan Aceh
Data Aceh. Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh
yaitu membuat jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut.
Suasana menarik pukat dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan
dengan semangat kerja keras da riang gembira yang sekali-kali terdengar
teriakan senang pawang laut.
Menurut
sejarahnya, Tari Tarek Pukat terinspirasi dari tradisi menarek pukat
atau tradisi menarik jala yang sering dilakukan oleh masyarakat Aceh,
Khususnya masyarakat di daerah pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai
nelayan. Konon kegiatan menarek pukat ini sudah dilakukan masyarakat pesisir
Aceh sejak lama.
Saat
menangkap ikan, mereka melepas dan menarik jala tersebut secara gotong royong.
Setelah selesai menangkap ikan, hasil yang mereka dapatkan tadi akan
dibagi-bagikan kepada warga yang ikut serta saat menarek pukat tadi.Tradisi
tersebut kemudian direfleksikan dalam sebuah tari yang disebut dengan Tari
Tarek Pukat ini.
Selain difungsikan sebagai bentuk seni pertunjukan, Tari Tarek Pukat ini juga difungsikan sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya dan tradisi masyarakat Aceh pesisir, khususnya saat menangkap ikan di laut. Tarian ini dimaknai sebagai gambaran sikap gotong royong dan semangat kebersamaan masyarakat yang direfleksikan dalam sebuah tarian.
Tari
Tarek Pukat biasanya ditampilkan oleh para penari wanita. Jumlah penari
tersebut terdiri dari 7 orang penari atau lebih. Jumlah penari biasanya
disesuaikan dengan kelompok atau sanggar masing-masing. Dalam pertunjukannya,
penari dibalut dengan busana tradisional serta dihias dengan hiasan dan tata
rias yang membuatnya terlihat cantik. Dengan diiringi kelompok pengiring, penari
menari dengan gerakannya yang khas dan menggunakan tali sebagai atribut
menarinya.
Dalam
pertunjukannya, Tari Tarek Pukat biasanya diawali dengan gerakan seperti tarian
Aceh pada umumnya, yaitu menari dengan posisi duduk sambil menepuk dada dan
paha. Gerakan tersebut dilakukan secara kompak mengikuti irama lagu dan musik
pengiring. Setelah itu dilanjutkan dengan saling mengaitkan tali satu sama
lain.
Salah
satu hal yang menarik dalam tarian ini adalah di akhir tarian, ketika selesai
mengaitkan tali satu sama lain, penari akan menarik tali tersebut dan menjadi
sebuah rangkaian jaring/jala. Bagi anda yang belum pernah menyaksikan tarian
ini mungkin akan bingung, bagaimana cara mereka membuat jaring tersebut? Hal
ini lah yang menjadi salah satu daya tarik Tari Tarek Pukat ini, dan tak jarang
membuat para penonton takjub dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada
para penari.
Dalam
pertunjukan Tari Tarek Pukat biasanya diiringi oleh musik tradisional yaitu sarune
kale dan rapa’i. Tarian ini juga diiringi oleh lagu “tarek pukat”
yang dinyanyikan oleh pengiring vocal. Namun, ada kalanya juga para penari
menyanyikan beberapa bait lagu tersebut secara bersama sama. Saat menari, tempo
gerakan penari juga harus disesuaikan dengan musik pengiring agar terlihat padu
dan kompak.
Kostum
yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Tarek Pukat ini biasanya
merupakan busana tradisional. Para penari biasanya menggunakan pakaian seperti
baju lengan panjang, celana panjang dan kerudung pada bagian kepala. Selain itu
penari juga menggunakan kain songket dan sabuk pada bagian pinggang dan
hiasan kerudung sebagai pemanisnya.
Dalam
perkembangannya, Tari Tarek Pukat masih terus dilestarikan dan dikembangkan
hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi dalam segi gerak, kostum, dan
pengiring, juga sering ditampilkan di setiap pertunjukannya agar terlihat
menarik. Walaupun begitu, namun tidak mengilangkan ciri khas dan keasliannya.
Tari
Tarek Pukat juga masih sering ditampilkan di berbagai acara seperti acara
penyambutan, acara perayaan dan acara adat lainnya. Selain itu, tarian ini juga
sering ditampilkan di berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival
budaya dan promosi pariwisata. Hal ini dilakukan sebagai usaha melestarikan dan
memperkenalkan kepada generasi muda serta masyarakat luas akan Tari Tarek Pukat
ini.
Category: pariwisata, Seni Budaya