Perjalanan Sejarah Persahabatan Aceh dengan Belanda
Data Aceh. Dalam
catatan sejarah terungkap bahwa ketika kerajaan Belanda memproklamirkan
kemerdekaannya dari penjajahan Spanyol ,hanya kerajaan Aceh sebagai negara
pertama di dunia yang mengakui nya dan segera menjalin hubungan diplomatik
sehingga terjalin hubungan bilateral yang sangat baik diantara ke dua negara
yang sangat berjauhan letaknya itu.
Meskipun
kedua kerajaan tersebut berbeda berbagai aspek sosial kemasyarakatnya,tetapi
baik kerajaan Aceh maupun Belanda tetap menjalin kerjasama dalam bidang
perdagangan, sehingga mendukung pertumbuhan perekonomian kedua kerajaan
tersebut.
Awalnya
dari sepucuk surat Pangeran Maurit dari dinasti Oranye van Nassau pemegang
tampuk kerajaan Belanda hingga Ratu abetrix sekarang yang dikirim kepada Sultan
Aceh,Alauddin Riayat Syah.Surat dalam bahasa Spanyol yang berisi bujuk rayu
tersebut dibawa oleh Laksamana Laurens Bicker dan Gerard de Roy dengan ekpedisi
empat buah kapal yang membawa berbagai barang yang sangat berharga waktu itu
sekitar 660.000 gulden nilainya.
Keempat
kapal ekpedisi yang membawa barang-barang untuk dipersembahkan kepada Sultan
Aceh, Sultan Alauddin Riayat Syah itu, yaitu Zelandia, Middelborgh, Langhe Bracke
dan De Sanne yang berangkat dari pelabuhan Zeland pada tanggal 28 Januari
1601.Selain membawa bekal 450.000 real sebagai perbekalan juga berbagai barang
berharga untuk diserahkan kepada Sultan Aceh sebagai simbol persahabatan
diantara kedua kerajaan itu.
Pangeran Maurit yang sedang menghimpun berbagai potensi yang ada untuk membebaskan
tanah airnya dari penjaja han Spanyol dan Portugis dibawah Raja Manuel ,ingin
memperluas hubungannya dengan berbagai negara termasuk Aceh dan melupakan
tragedi pahit kematian Cornelis de Houtman kena rencong orang Aceh konseku
wensi ketidak sopanannya tahun 1599 saat ia melakukan ekpedisinya di perairan
kerajaan Aceh.
Pangeran
Maurit menyadari bahwa dengan membuka hubungan diplomatik dengan kerajaan Aceh
yang menguasai jalur dagang teramai di dunia,Selat Malaka,serta menguasai
teritorial sepanjang pulau Sumatra hingga Pariaman di Sumatra Barat,serta
Belanda dan Aceh bisa mengimbangi dominasi Portugis di Malaka sejak tahun 1511.
Selama
ini Belanda senantiasa terjepit oleh Portugis dan Spanyol yang bisa mengontrol
jalur laut sejak dari Giblaltar(Jabal Thariq)dimulut Afrika dan Eropa pertemuan
laut Tengah-Samudrea Atlantik hingga Samudra Hindia,Laut Merah,Laut Arab,Teluk
Parsia,Goa,Malaka,Timor,Maluku dan Philipina.
Oleh
sebab itu hubungan diplomatik dengan kerajaan Aceh amat penting bagi kerajaan
Belanda yang sedang mempersiapkan diri untuk me lepaskan diri dari imperialisme
kerajaan Eropa selatan itu(Portugis dan Spanyol).Pelayaran yang dilakukan
Belanda ebelumnya selalu mendapat ancaman dari Portugis-Spanyol,dan jika
tertangkap bisa dipastikan hukumannya sangat berat karena dituduh membantu
gerakan sepatisme Belanda pimpinan Pangeran Maurit.Secara militer ,pasukan
Portugis-Spanyol waktu titu sangat kuat tidak mungkin bagi Belanda untuk
menghadapinya sendirian.
Karenanya
Belanda sangat penting menjalin hubungan diplomatiknya dengan kerajaan
Aceh.Dalam pelayarannya ke Aceh,kapal kapal Belanda singgah dulu di Afrika
Timur untuk minta dukungan dari penguasa setempat yang juga sudah lama
bersahabat dengan Aceh,serta untuk mengelabui dari kejaran armada Portugis dan
Spanyol serta Inggris yang merajai lautan waktu itu.
Setelah
delapan bulan mengharungi samudera yang seringkali harus bersembunyi dari
armada Portugis-Spanyol kepesisir kepulauan sepanjang pelayarannya, maka pada
tanggal 25 Agustus tahun 1601 rombingan kiriman pangeran Maurit tiba di
Aceh,dan setelah membaca surat tersebut dengan hati hati serta dicatat oleh
sekretaris kerajaan - rombongan diterima dengan baik oleh Sultan Aceh.Surat
yang ditulis pangeran Maurit di Den Haag tertanggal 11 Desember 1600 berisi
antaranya ada lah:
”Kepada
beta dikabarkan pula bahwa orang orang Portugis telah mengadakan peperangan
terhadp kera jaan Yang Mulia atas perintah Raja Spanyol,dengan tujuan untuk
merampas negeri itu dan menjadikan warganya sebagai hamba sahaya ,sebagaimana
yang demikian telah dilakukannya selama sudah lebih tigapuluh tahun dinegeri
kami..
”.Kerajaan Aceh yang sejak dulu benci kepada Portugis ,sehingga sudah beberapa kali terlibat pertempuran dengannya,segera menanggapinya dengan positif dan menjajaki kemungkinan bisa berhubungan dagang dan kenegaraan dengan negeri Belanda.
Sebagai
realisasinya maka Sultan Aceh,Alauddin Ri ayat Syah mengirimkan duta besarnya
sebagai awal pembukaan diplomatik antara Aceh dan Belanda.Para diplomat Aceh ke
Belanda itu dipimpin Abdul Hamid bersama petinggi militer kerajaan
Aceh,Laksamana Sri Muhammad dan Mir Hasan sebagai anggota delegasi bersama
rombongan Laurens Bicker.
Dalam
pelayarannya di perairan Afrika dekat pulau St.Helena rombongan bertemu dengan
kapal perang Portu gis,San Yago dan pertempuran lautpun tidak terhindarkan
lagi,akhirnya kapal Portugis bisa ditenggelamkan sehingga rombongan bisa
melanjutkan lagi pelayarannya,dan tiba di Zeeland pad tanggal 20 Juli tahun
1602.
Te
tapi baru 20 hari tiba di Belanda,Abdul Hamid jatuh sakit kemungkinan karena
usianya yang sudah lanjut disertai udara Belanda yang sangat dingin sehingga
diplomat veteran Aceh itu meninggal dunia pada tanggal 10 Agustus 1602 dalam
usia 71 tahun ,serta dimakamkan di Middleborhg dengan upacara kenegaran sebelum
sempat bertemu dengan pangeran Maurit yang sedang bertempur melawan pasukan
Portugis-Spanyol jauh dipedalaman yang bermarkas di Desa Grave.
Selanjutnya,pada
tanggal1 September 1602 Laksamana Sri Muham mad dan Mir Hasan menemui pangeran
Maurit dan menyerahkan surat-surat persahabatan sekaligus dokumentasi lainnya
seperti layaknya zaman modern sekarang jika utusan sebuah negara bertemu dengan
kepala pemerintahan tentunya menyerahkan suarat-surat kepercayaannya mewakili
negarany masing-masing.
Dengan
itu maka secara resmi kerajaan Aceh baik secara de facto maupun secara de jure
telah mengakui kemerdekaan negeri Belanda dibawah pimpinan Pangeran Maurit dari
dinasti Oranye van Nassau.Oleh sebab itu kerajaan Acehlah sebagai negara
pertama yang mengakui secara defacto dan secara de jure kemerdekaan negeri
Belanda yang berdiri sendiri hingga sekarang ini.
Belanda
akhirnya diizinkan membangun kantor dagangnya di Darussalam, ibukota kerajaan
Aceh,serta atas rekomendasinya Belanda juga bisa berhubungan baik dengan
negeri-negeri dipesisir India seperti Gujarad,Calikut,Benggali dan Sri Langka.
Category: Internasional, Sejarah