Kurma, Komoditi Baru Aceh
Sumber Foto Wordpress.com |
Di Aceh Kurma sudah mulai dibudidayakan oleh Pak Mahdi Muhammad yang juga dulu sebelumnya sebagai Pimpinan Bank Indonesia Aceh di Blang Bintang Aceh Besar, dikebunya bibit kurma sudah berumur 2,5 tahun di area seluas 4 Hektar, dalam satu Hektar bisa ditanami 150 Bibit Kurma. Dan menurut perencanaan masih akan ditanam beberapa Hektar lagi kedepannya.
Hasil panen 15 – 45 ton / HA/ tahun. Dengan asumsi 150 pohon per HA dan hasil 100 – 300 kg per pohon / tahun. Pohon kurma rata-rata menghasilkan 50 kg buah per tahun, bahkan dapat mencapai 300 kg dengan pemeliharaan yang baik. Pohon betina mulai menghasilkan buah setelah berumur 3-3,5 tahun, dan menghasilkan produksi maksimum setelah berumur 10 tahun. Rata-rata umur ekonomis kebun kurma 40-50 tahun, tetapi masih produktif hingga 150 tahun, Ungkap Pak Mahdi.
Menurut Pak Mahdi, Kurma adalah satu komoditi yang sangat potensial kedepannya untuk perekonomian di Aceh, harga kurma mulai yang termurah, kurma mesir alias kurma curah yang ‘cuma’ seharga Rp.20.000/kg, sampai kepada kurma ajwa (kurma nabi) yang dibanderol seharga 350-500 ribu rupiah per kilogram tergantung ukuran buah. Makin besar makin mahal. Jenis Kurma yang dibudidayakan di Aceh adalah kurma yang Paling mahal yaitu Kurma Ajwa (kurma Nabi).
Untuk mendapatkan bibit Kurma yang berkualitas masih di Impor dari Thailan dan Inggris, Terdapat tiga metode perbanyakan tanaman kurma; yang paling umum adalah cara vegetatif yaitu percabangan (offshoot) yang secara genetik akan sama dengan pohon induk. Cabang berkembang dari tunas samping pada batang dekat permukaan tanah semasa tahap juvenile pohon kurma. Cabang, setelah 3-5 tahun menempel pada pohon induk akan berakar dan dapat ditanam terpisah dari induk. Pada saat itu cabang tersebut akan mulai membentuk bunga dan berbuah.
Perbanyakan kedua adalah menghasilkan anakan hasil persilangan secara seksual. Anakan ini tidak identik dengan pohon induk dan tidak seragam secara genetic, sangat bervariasi dalam hal produksi dan kualitas buah. Sebanyak 50% tanaman merupakan tanaman jantan, dan ini baru diketahui 4-5 tahun kemudian, setelah tanaman mulai berbunga.
Metode perbanyakan kurma yang ketiga adalah melalui kultur jaringan, yaitu dari ujung tunas baik melalui embryogenesis atau organogenesis pertama kali dikembangkan tahun 1970 hingga 1980 an. Organogenesis dapat dicapai menggunakan tunas samping dan meristem apikal, sedangkan embryogenesis melalui kalus yang terbentuk dari tunas, daun muda, batang dan rachilla. Membutuhkan waktu 6 tahun untuk mencapai produksi melalui proses kultur jaringan.
Menurut ahli perkurmaan, di dunia ini ada lebih dari 1.600 jenis kurma. Kurma termasuk palma yang paling beragam.
Dulu, ada semacam opini yang berbunyi "Kurma hanya dapat berbuah pada bagian bumi yang tandus." Tentu saja opini sesat itu sudah terbantahkan dengan tumbuh dan berbuahnya tanaman kurma di California, Australia, Thailand, Malaysia dan terakhir di beberapa tempat di Indonesia seperti di Aceh.(jir)
Category: Aceh Besar, Pertanian