Perpustakaan Kuno Teungku Chik Tanoh Abee
Perpustakaan yang terletak di kaki gunung Seulawah yang berjarak sekitar 42 km ke arah Timur Kota Banda Aceh, atau sekitar 7 km ke pedalaman sebelah Utara ibukota Kecamatan Seulimum ini, dikelola secara turun temurun sejak 600 tahun lalu.
Dan yang uniknya dari perpustakaan ini adalah Abu Tanoh Abee yang diteruskan oleh pihak keluarga, tidak membolehkan para muslimah untuk melihat kitab-kitab yang ada di dalam perpustakaan tersebut.
Keberadaan perpustakaan Tanoh Abee ini tak terlepas dari sejarah pendirian sebuah pesantren (dayah) yang dibangun oleh ulama asal negeri Baghdad, bernama Fairus Al-Baghdady yang datang ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).
Sebagiannya ada yang dicuri oleh Belanda ketika perang berkecamuk, rusak akibat tersimpan lama di gua saat kitab-kitab ini disimpan untuk menjaga agar kitab-kitab tersebut tidak dicuri atau dibakar oleh Belanda, dan banyak juga yang terbakar akibat perang.
Sebagian kitab ini juga sempat berada di sebuah dayah di Bitai, namun, akibat tsunami, kitab-kitab kuno itupun lenyap disapu gelombang tsunami. Ada juga sebahagiannya di kubur oleh Abu, karena takut isi kitab-kitab tersebut dipelajari atau diamalkan oleh masyarakat awam (karena isinya sangat tidak mampu dipahami oleh manusia biasa—bisa menyebabkan murtad).
Saat ini manuskrip-manuskrip kuno ini dijaga dan dirawat oleh generasi ke sembilan Keluarga al-Fairusi. Namun, sebenarnya ada juga karya-karya baru yang berada di perpustakaan ini.
Manuskrip-manuskrip kuno ini sebenarnya tidak untuk dipelajari namun hanya dijadikan sebagai koleksi. Dan hanya beberapa kitab saja yang diperbolehkan dilihat dan dibaca. Selebihnya tersimpan rapat di dalam perpustakaan yang juga digunakan sebagai tempat pengajian.
Category: Data Aceh Besar, Pendidikan, Sejarah