Peusijuek, Adat dan Budaya Masyarakat Aceh

Unknown | 7:28 PM |

Alat-alat Peusijuek
Data Aceh. Peusijuek adalah sebuah prosesi adat dalam budaya masyarakat Aceh yang masih dipraktikan hingga saat ini. Tradisi peusijuek ini dilakukan pada hampir semua kegiatan adat dalam kehidupan masyarakat di Aceh. Misalnya ketika memulai sebuah usaha, menyelesaikan persengketaan, terlepas atau selesai dari musibah, menempati rumah baru, merayakan kelulusan, memberangkatkan dan menyambut kedatangan haji, kembalinya keluarga dari perantauan dan masih banyak lagi.

Peusijuk juga merupakan sebuah tradisi peninggalan sejak zaman dahulu hingga kini masih digunakan. Dalam bahasa Aceh Peusijuk terdiri dari dua kata, yaitu peu dan sijuek. Jika ditilik lebih lanjut, peu dalam kata peusijuk bukanlah kata yang bisa dipisahkan karena peu di sini bermaksa sebagai awalan untuk kata sijuek. Sijuek berarti dingin, jadi jika digabung dengan awalan peu, artinya adalah pendingin atau membuat sesuatu menjadi dingin. Tujuan Peusijuk sebenarnya adalah untuk memberkati sesuatu termasuk di dalamnya mendoakan orang akan dipeusijuk.

Pada kalangan masyarakat pedesaan di Aceh peusijuek merupakan prosesi adat yang cukup biasa dilakukan bahkan untuk hal-hal yang kecil sekalipun misalnya ketika membeli kendaraan baru atau ketika hendak menabur benih padi di sawah. Sementara bagi masyarakat perkotaan yang lebih modern tradisi peusijuek ini hanya dilakukan dalam kegiatan-kegiatan adat saja misalnya dalam prosesi adat perkawinan.

Ritual peusijuek ini mirip dengan tradisi tepung tawar dalam budaya Melayu. Di Aceh yang melakukan acara peusijuek adalah tokoh agama maupun adat yang dituakan ditengah masyarakat. Bagi kaum lelaki yang melakukan peusijuek adalah tokoh pemimpin agama Teungku (Ustadz) sedangkan bagi wanitanya adalah Ummi atau seorang wanita yang dituakan ditengah masyarakat. Diutamakan yang melakukan peusijuek ini adalah mereka yang memahami dan menguasai hukum agama sebab prosesi peusijuek ini diisi dengan acara mendoakan keselamatan dan kesejahteraan bersama sesuai dengan agama Islam yang dianut secara umum oleh masyarakat Aceh.

Dalam budaya masyarakat Aceh, tradisi Peusijuek pada dasarnya difungsikan untuk memohon keselamatan, ketentraman, dan kebahagiaan dalam kehidupan. Namun fungsi peusijeuk ini juga dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya seperti, Peusijuek meulangga (saat perselisihan), Peusijuek pade bijeh (mulai menanam padi), Peusijuek tempat tinggai (menghuni rumah baru), Peusijuek peudong rumoh (membangun rumah), Peusijuek kaurubeuen (saat berkurban), Peusijuek kendaraan, Peusijuek naik haji, Peusijuek khitan, dan Peusijuek pernikahan.

Perlengkapan peusijuek terdiri dari: talam satu buah, breuh padee(beras) satu mangkok, bu leukat kuneng (ketan kuning) satu piring besar bersama tumpoe(penganan berupa kue yang dibuat dari tepung dan pisang) atau kelapa merah yang sering disebut  inti u(inti kelapa), teupong taweu (tepung yang dicampur air), on sineujuek (daun cocor bebek), on manek mano (jenis daun-daunan), on naleung samboo (sejenis rerumputan yang memiliki akar yang kuat), glok ie (tempat cuci tangan), dan sangee(tudung saji). Manek mano dan naleungsamboo adalah nama jenis rumput yang diikat menjadi satu dengan daun cocor bebek lalu diletakkan dalam mangkok cuci tangan. Jika tidak ada mangkok cuci tangan, boleh diganti dengan gelas.

Tata cara pelaksanaan peusijuek dilakukan dengan urutan: pertama dengan menaburkan beras padi (breuh padee), kedua, menaburkan air tepung tawar, ketiga menyunting nasi ketan (bu leukat) pada telinga sebelah kanan dan terakhir adalah pemberian uang (teumutuek). Tata cara ini umumnya hampir sama dalam setiap prosesi peusijuek di setiap daerah, tetapi juga kadang-kadang terdapat beberapa perbedaan menurut kegiatan yang diadakanpeusijuek tersebut. Yang terakhir boleh dilakukan, boleh tidak, tergantung daerah masing-masing.

Dalam perkembangannya, tradisi Peusijuek masih terus dilestarikan dan dipertahankan hingga sekarang. Tradisi ini masih sering dilakukan di berbagai acara adat seperti pernikahan, selamatan, perayaan dan acara adat Aceh lainnya. Walaupun ada beberapa orang menganggap tradisi peusijuk ini hampir mirip dengan tradisi agama Hindu, namun dalam segi cara, isi dan tujuannya sangat berbeda berbeda.

Masyarakat Aceh percaya, bahwa tradisi Peusijuek ini merupakan hasil kearifan budaya local yang diajarkan nenek moyang. Dimana budaya dan agama harus dijalankan secara berdampingan dengan segala kebaikan yang ada di dalamnya. Sehingga yang harus hormati dan dijaga keberadaannya.



Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Category:

Harga Emas Terkini