Wisata Religi Makam Syiah Kuala Banda Aceh
Makam Syiah Kuala |
Data Aceh. Makam Syiah Kuala Banda Aceh berada di tepi Pantai Syiah Kuala, Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Syiah Kuala ada nama lain dari ulama terkemuka yang hidup di jaman Sultan Iskandar Muda di awal abad ke-17 bernama Tengku Abdur Rauf As Singkili. Ia terkenal ahli dalam bidang ilmu hukum keagamaan maupun hukum.
Pada jaman itu, Kerajaan Aceh menjadi pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang disegani. Para mahasiswa dan pengajarnya ada yang berasal dari Turki, Iran dan India.
Beliau berasal dari keluarga pengembara Islam dari Persia yang menetap di Singkil, Aceh dan kemudian beliau membuka pesantren di Meunasah Dayah Kuala (sekarang bernama Desa Deah Raya). Selain itu beliau juga membuat tulisan tulisan yang tersebar ke berbagai negara dan sering dijadikan referensi untuk orang orang yang ingin belajar dan memperdalam ilmu Islam. Beliau pun dipercayakan untuk menjadi Kadhi Malikul Adil Kerajaan Aceh Darussalam selama 59 tahun. Hingga pada akhirnya beliau wafat di tahun 1696 M di usia 105 tahun dan dimakamkan di kompleks pesantren tempat beliau mengabdikan ilmu atas wasiatnya.
Hampir setiap hari Makam ini ramai dikunjungi wisatawan dari lokal hingga berbagai daerah. Mereka melakukan ziarah dan kadang melakukan hajatan seperti aqiqah atauupun bernadzar disini. Misalnya ada yang membawa seekor kambing karena anaknya sudah sembuh dari penyakit, nantinya kambing itu akan dimasak dan dimakan bersama para peziarah yang juga hadir disitu. Menjadi semacam acara hajatan bersama.
Makam Syiah Kuala selamat dari terjangan gelombang Tsunami. Setelah Tsunami, semua nisan di kompleks ini tetap ada di area makam meskipun letaknya tidak beraturan, padahal jarak makam dengan pantai sebelum tsunami hanya 1 km. Saat ini jaraknya tinggal 100 m.
Setelah direnovasi Makam syiah kuala ini semakin ramai dikunjung khalayak umum. Pada malam hari pun sering diadakan kegiatan ibadah seperti solat sunnah, dzikir dan doa bersama yang dilakukan oleh berbagai organisasi atau komunitas muslim.
Untuk menemukan Makam Syiah Kuala pun tidak sulit karena hanya sekitar 3 km dari pusat kota dan terletak di pinggir pantai tepatnya muara sungai Aceh, Desa Raya, Kecamatan Syiah Kuala. Anda bisa menggunakan angkot atau labi-labi jurusan Terminal-Lampriet-Lampineung-Prada-Darussalam atau Kreung Raya ( Kreung Aceh ). Sesampainya di krueng aceh ini, anda bisa menggunakan becak, ataupun bentor untuk sampai ke Makam Syiah Kuala, ojek juga ada. Saat ini, setiap hari sejak pagi hingga malam aktivitas religi tak pernah sepi. Jadi tak perlu khawatir jika memang anda berkesempatan untuk mengunjungi Makam Syiah Kuala Aceh ini di malam hari.
Pada jaman itu, Kerajaan Aceh menjadi pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang disegani. Para mahasiswa dan pengajarnya ada yang berasal dari Turki, Iran dan India.
Beliau berasal dari keluarga pengembara Islam dari Persia yang menetap di Singkil, Aceh dan kemudian beliau membuka pesantren di Meunasah Dayah Kuala (sekarang bernama Desa Deah Raya). Selain itu beliau juga membuat tulisan tulisan yang tersebar ke berbagai negara dan sering dijadikan referensi untuk orang orang yang ingin belajar dan memperdalam ilmu Islam. Beliau pun dipercayakan untuk menjadi Kadhi Malikul Adil Kerajaan Aceh Darussalam selama 59 tahun. Hingga pada akhirnya beliau wafat di tahun 1696 M di usia 105 tahun dan dimakamkan di kompleks pesantren tempat beliau mengabdikan ilmu atas wasiatnya.
Hampir setiap hari Makam ini ramai dikunjungi wisatawan dari lokal hingga berbagai daerah. Mereka melakukan ziarah dan kadang melakukan hajatan seperti aqiqah atauupun bernadzar disini. Misalnya ada yang membawa seekor kambing karena anaknya sudah sembuh dari penyakit, nantinya kambing itu akan dimasak dan dimakan bersama para peziarah yang juga hadir disitu. Menjadi semacam acara hajatan bersama.
Makam Syiah Kuala selamat dari terjangan gelombang Tsunami. Setelah Tsunami, semua nisan di kompleks ini tetap ada di area makam meskipun letaknya tidak beraturan, padahal jarak makam dengan pantai sebelum tsunami hanya 1 km. Saat ini jaraknya tinggal 100 m.
Setelah direnovasi Makam syiah kuala ini semakin ramai dikunjung khalayak umum. Pada malam hari pun sering diadakan kegiatan ibadah seperti solat sunnah, dzikir dan doa bersama yang dilakukan oleh berbagai organisasi atau komunitas muslim.
Untuk menemukan Makam Syiah Kuala pun tidak sulit karena hanya sekitar 3 km dari pusat kota dan terletak di pinggir pantai tepatnya muara sungai Aceh, Desa Raya, Kecamatan Syiah Kuala. Anda bisa menggunakan angkot atau labi-labi jurusan Terminal-Lampriet-Lampineung-Prada-Darussalam atau Kreung Raya ( Kreung Aceh ). Sesampainya di krueng aceh ini, anda bisa menggunakan becak, ataupun bentor untuk sampai ke Makam Syiah Kuala, ojek juga ada. Saat ini, setiap hari sejak pagi hingga malam aktivitas religi tak pernah sepi. Jadi tak perlu khawatir jika memang anda berkesempatan untuk mengunjungi Makam Syiah Kuala Aceh ini di malam hari.
Category: Banda Aceh, pariwisata, Sejarah