Cagar Budaya Makam Batee Balee Aceh Utara
Data Aceh. Makam Batee Balee yang beralamatkan di Jalan Blang Mee, Gampong Meucat, Kecamatan Samudra, Provinsi Aceh Utara ini merupakan peninggalan yang bersejarah pada masa Kerajaan Samudra Pasai. Batee Balee merupakan keturunan ketiga dari pemerintahan Raja Malikkussaleh. Sayangnya, makam ini kondisinya tidak baik atau terbengkalai karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan situs budaya yang satu ini.
Makam Batee Balee kini di perkirakan sudah berusia sekitar 900 tahun. Kini komplek pemakaman ini menjadi salah satu objek wisata yang lama lama terkikis oleh waktu tanpa adanya kepedulian lagi dari Pemerintah Aceh. Sultan Mahmutsyah yaitu nama asli dari Batee Balee. Dulu Batee Balee merupakan pemimpin Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke 13. Menurut salah satu pendapat para warga, dulu Sultan Mahmutsyah ini gugur saat berperang dengan serdadu Majapahit. Pada kompleks makam Batee Balee ini terdiri dari 120 makam yang terdapat di duat titik yang berdekatan.
Pada komplek makam Batee Balee sendiri ada berbagai makam yang di makamkan yaitu dari suku dan etnis yang berbeda seperti, Cina, India, dan Aceh. Mereka ini merupakan orang – orang yang lari ke dataran Aceh pada masa itu, selanjutnya dibina oleh pemimpin Kerajaan Samudera Pasai untuk memeluk agama Islam. Selama hidupnya sultan – sultan yang di makamkan di komplek pemakaman Batee Balee ini juga mencetak mata uang Dirham dengan dibubuhi nama mereka masing-masing. Mata uang Dirham ini sudah lama di temukan oleh masyarakat sekitar peninggalan kerajaan Samudra Pasai.
Tokoh utama yang dimakamkan pada Situs Batee Balee ini adalah Tuan Perbu yang meninggal pada tahun 1444 M. Kemudian di antara nisan – nisan tersebut ada yang bertuliskan berbagai kaligrafi surat Yasin Surat Ali Imran, Surat Al’Araaf, Surat Al-Jaatsiyah, Surat Al- Hasyr. Makam yang begitu banyak ini sebenarnya membutuhkan kompleks yang sangat luas, mengingat ada banyak makam lagi yang belum terpagar bahkan mengenai halaman rumah warga, namun yang telah mendapat perhatian dari pemerintah adalah beberapa makam yang ada dan berseberangan dengan jalan lintas desa dan persawahan warga saja.
Makam Batee Balee kini di perkirakan sudah berusia sekitar 900 tahun. Kini komplek pemakaman ini menjadi salah satu objek wisata yang lama lama terkikis oleh waktu tanpa adanya kepedulian lagi dari Pemerintah Aceh. Sultan Mahmutsyah yaitu nama asli dari Batee Balee. Dulu Batee Balee merupakan pemimpin Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke 13. Menurut salah satu pendapat para warga, dulu Sultan Mahmutsyah ini gugur saat berperang dengan serdadu Majapahit. Pada kompleks makam Batee Balee ini terdiri dari 120 makam yang terdapat di duat titik yang berdekatan.
Pada komplek makam Batee Balee sendiri ada berbagai makam yang di makamkan yaitu dari suku dan etnis yang berbeda seperti, Cina, India, dan Aceh. Mereka ini merupakan orang – orang yang lari ke dataran Aceh pada masa itu, selanjutnya dibina oleh pemimpin Kerajaan Samudera Pasai untuk memeluk agama Islam. Selama hidupnya sultan – sultan yang di makamkan di komplek pemakaman Batee Balee ini juga mencetak mata uang Dirham dengan dibubuhi nama mereka masing-masing. Mata uang Dirham ini sudah lama di temukan oleh masyarakat sekitar peninggalan kerajaan Samudra Pasai.
Tokoh utama yang dimakamkan pada Situs Batee Balee ini adalah Tuan Perbu yang meninggal pada tahun 1444 M. Kemudian di antara nisan – nisan tersebut ada yang bertuliskan berbagai kaligrafi surat Yasin Surat Ali Imran, Surat Al’Araaf, Surat Al-Jaatsiyah, Surat Al- Hasyr. Makam yang begitu banyak ini sebenarnya membutuhkan kompleks yang sangat luas, mengingat ada banyak makam lagi yang belum terpagar bahkan mengenai halaman rumah warga, namun yang telah mendapat perhatian dari pemerintah adalah beberapa makam yang ada dan berseberangan dengan jalan lintas desa dan persawahan warga saja.
Category: Data Aceh Utara, Sejarah