Sejarah Masjid Teungku Dianjong Peulanggahan

Unknown | 12:13 AM |

Masjid Teungku Di Anjong dalam sketsa,di tahun 1882 M
Data Aceh. Masjid Teungku Dianjong terletak di Kelurahan Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh. Untuk menuju lokasi tersebut dapat dilalui oleh kenderaan bermotor karena jalan menuju lokasi tersebut sudah beraspal. Masjid tersebut terletak dekat sungai Aceh, sebelah Barat pasar Peunayong, BandaAceh sehingga di samping dapat melihat kebesaran sejarah mesjid tersebut, juga dapat menikmati pemandangan sungai Aceh yang dilalui oleh hilir-mudik perahu bermotor yang mencari ikan di laut.

Mesjid Teungku Dianjong didirikan sekitar abad ke-18 M oleh seorang ulama besar bernama Syaikh Abubakar bin Husein Bafaqih pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Mahmud Syah (1760-1791). 

Beliau mengembara dari Timur Tengah, kemudian bermukim dan mengembangkan agama Islam di daerah ini. Beliau menjadi guru besar dalam hal pendidikan agama dan kemasyarakatan. Di samping sebagai guru agama juga dianggap sebagai orang keuramat dan diberi gelar Teungku Dianjong (orang yang tinggi statusnya).

Masjid Teungku Dianjong didirikan di atas pondasi yang berdenah bujur sangkar dengan ukuran 14,80 x 9.20 m dan tinggi 16 m. Selain itu, juga terdapat ruang berukuran 166 x 166 cm dan tingginya177 cm, yang digunakan untuk tempat imam memimpin shalat berjamaah (mihrab).

Masjid tersebut mempunyai atap tumpang dua dan bersusun semakin mengecil ke atas. Pada sisi paling depan bangunan tersebut terdapat serambi yang merupakan bagian dari bangunan induk masjid. Masjid tersebut sudah memiliki langit-langit yang terbuat dari triplek sehingga udara tidak bebas keluar masuk dari ventilasi atap tumpang.

Masjid Teungku Dianjong telah mengalami pemugaran pada tahun 1990 yang dibiayai oleh Pemda Kota Banda Aceh. Karena perluasan bangunan baru pada sisi dindingnya menyimpang dari bentuk semula, akhirnya pembangunan tersebut dihentikan.

Selain itu, maksud Teungku Dianjong adalah orang yang disanjung, dimuliakan, dan tinggi martabatnya dari segi agama, adab dan adat-istiadat. Dalam usaha merealisasikan pengembangan dakwah Islam, beliau bersama masyarakat setempat membangun sebuah rumah (rumoh raya) sebagai tempat pengajian Al Quran sekaligus sebagai tempat memberikan pelajaran agama Islam.

Selain mendirikan tempat pengajian (rumoh raya), beliau juga mendirikan sebuah mesjid. Pendirian masjid tersebut sebagai realisasi dari ajaran Islam untuk melaksanakan ibadah, di antaranya sebagai tempat shalat berjamaah. Di samping itu, juga dapat difungsikan sebagai tempat pertemuan mobilisasi massa dalam usaha melawan penjajahan Belanda. Setelah Syaikh Abubakar bin Husein Bafaqih meninggal, dimakamkan di samping mesjid tersebut. Oleh karena itu, sebagai tanda penghormatan masyarakat, maka namanya diabadikan pada nama masjid tersebut, yaitu Mesjid Teungku Dianjong.

Masjid Teungku Di Anjong yang aslinya berkonstruksi kayu telah hancur dilumat gelombang tsunami. Kini telah dibangun masjid baru dengan konstruksi beton, tapi tetap mengikuti arsitektur tradisional Aceh, sebagaimana bentuk Masjid Teungku Di Anjong sebelumnya.



Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Category: , ,

Harga Emas Terkini