Sejarah Berdirinya MONISA Peurelak

Unknown | 10:49 PM |

Pada tahun 1980 M di Kuala Simpang dimana para ahli sejarah berkumpul dalam sebuah forum ilmiah untuk membedah sejarah Islam. Peristiwa bersejarah itu diberi tema: Seminar Sejarah Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Aceh Dan Nusantara, yang dihadiri oleh sejarahwan dan budayawan dari dalam dan luar negeri. Berdasarkan data yang tersedia sebanyak 199 orang turut serta dalam acara yang diprakarsai oleh Ali Hasjmi tersebut, termasuk Prof. DR. HAMKA.

Dari seminar tersebut dilahirkan beberapa kesimpulan, di antaranya: Peureulak adalah daerah pertama masuknya Islam di Nusantara, bahkan menjadi kerajaan tertua di Asia Tenggara yang dimulai  dengan diproklamirkannya kerajaan Peureulak oleh sultan Said Maulana Abdul Aziz Syah pada tahun 225 Hijriah bertepatan dengan 840 Masehi. Dengan dikeluarkannya hasil seminar tersebut dengan sendirinya mengukuhkan bahwa kerajaan Peureulak lebih tua dari kerajaan Pasai (Pase) yang baru dimulai pada abad ke 11 Masehi.

Untuk memugar kembali situs sejarah Peureulak yang telah lama terbengkalai, seminar merekomendasikan untuk dibangun sebuah monumen sejarah, untuk itu perlu dibentuk sebuah badan yang bekerja khusus untuk program tersebut yang diberi nama Yayasan Monumen Islam Asia Tenggara disingkat dengan MONISA.

Maka pada tahun 1981 yayasan monisa didirikan, dari susunan strukturnya terpancar optimisme bahwa lembaga tersebut akan sanggup melaksanakan amanah yang dibebankan kepadanya, karena sangat banyak tokoh intelektual dan pejabat publik pada masa itu terlibat dalam struktur, bahkan siapa saja yang menjadi Bupati Aceh Timur secara otomatis menjadi ketua yayasan.
Optimisme pun berbinar-binar dimata masyarakat Aceh khususnya penduduk peureulak sehingga satu persatu masyarakat yang tanahnya masuk dalam site plan monisa bersedia melepaskan tanah mereka dengan ganti rugi alakadarnya, sehingga dalam waktu singkat tanah seluas 122.292m2 yang terletak di desa Paya Meuligoe yang diyakini sebagai bekas kerajaan Peureulak berhasil dibebaskan oleh pengurus monisa.

Dukungan pemerintah pun terlihat sangat serius, setiap tahun Pemda Aceh Timur ikut menganggarkan dana untuk pembangunan situs bersejarah tersebut, dukungan masyarakat secara pribadi juga sangat antusias, pada tahun 1983 sebuah gedung serba guna yang menurut rencana akan dijadikan sekretariat monisa berhasil dibangun atas sumbangan H. Abu bakar Abdy.

Dalam bidang perencanaan, monisa membentuk tim khusus yang dikenal dengan tim 4  dipimpin oleh Ir. Abdul Hadi, cs. Dalam hal ini monisa telah menyiapkan denah yang sangat detail di lokasi monisa mulai dari bangunan induk yang merupakan gedung yang sangat apik dan indah, dilengkapi  dengan komplek pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi, juga ada dayah tradisional untuk melestarikan ciri khas budaya Aceh, maket rumah yang berciri khas budaya dari berbagai negara ASEAN,  maket rumah adat dari berbagai suku di Indonesia, ada kolam Nurul A’la, pemandian air panas, danau Banta Amat, taman bunga dan lain-lain, bahkan mereka sudah membuat sebuah maket monumen yang sangat indah, maket tersebut sering dipajang pada acara-acara pameran dan sering menimbulkan decak kagum pengunjung atas keindahannya.

Secara historis Aceh sangat layak untuk memiliki monumen tersebut, kalau saja hal itu betul-betul dapat diwujudkan maka Aceh akan kaya dengan berbagai monumen berkelas internasional seperti Monumen Tsunami, Monumen Perdamaian, dan tentu saja Monumen Islam Asia Tenggara.


Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Category: ,

Harga Emas Terkini