Sejarah Masjid Asal Penampaan Blangkejeren
Data Aceh. Blangkejeren merupakan ibu kota Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kota yang dijuluki seribu bukit ini mempunyai 11 Kecamatan di antaranya Kecamatan Bangkejeren. Masjid Asal Penampaan ini terletak di pinggiran sungai di Blah Penampaan, tepatnya di dusun Muleng, Kampung Penampaan, Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues tepatnya berada di pusat kota Bangkejeren, untuk menuju lokasi dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor dan kendaraan roda empat.
Masjid Asal Penampaan ini terletak di pinggiran sungai di Blah Penampaan, tepatnya di dusun Muleng, Kampung Penampaan, Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues tepatnya berada di pusat kota Bangkejeren, untuk menuju lokasi dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor dan kendaraan roda empat.
Masjid Asal Penampaan ini sejak awal didirikan difungsikan sebagai tempat umat Islam melaksanakan shalat lima waktu dan shalat Jumat, disamping itu masjid ini juga difungsikan sebagai kegiatan keagamaan seperti halnya pengertian fungsi masjid secara umum yang mencakup segala aspek kegiatan kaum muslimin termasuk kegiatan sosiologis yang merupakan konsekwensi dari manusia yang berhubungan dengan manusia lainnya, maka fungsi masjid semakin berkembang pula, satu bentuk kegiatan biasanya diikuti oleh kegiatan lain sehingga masjid yang awalnya sebagai tempat ibadah/shalat berkembang menjadi tempat penggalian ilmu agama, pembinaan mental keagamaan, perayaan hari-hari besar, rapat musyawarah, penyaluran bantuan sosial, zakat, berkurban, dan pusat informasi.
Sebuah sumber mengatakan bahwa masjid Asal – Penampaan didirikan pada tahun 815 H/1412 M. Jika informasi ini akurat, berarti masjid Asal Penampaan didirikan dalam masa Kerajaan Pasai. Sebab setidaknya, Kerajaan Pasai telah berdiri dari tahun 1282 M, (Ibrahim Alfian, 2004: 26) dan jatuh dalam kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam di tahun 1524 M, (Amirul Hadi, 2004: 13).
Masjid Asal juga menjadi dasar pemberian nama kampung dimana masjid itu berada. Nama Desa Penampaan berasal dari kata “penampaan” yang artinya “penampakan/tampak atau terlihat”. Konon menurut riwayat, di masa lalu masjid ini bisa dilihat dari berbagai wilayah di Gayo Lues. Mungkin hal ini disebabkan oleh kondisi wilayah sekitar masjid Asal yang merupakan daerah datar dan masih minim dihuni penduduk. Dengan demikian ia bisa dilihat dari berbagai arah yang umumnya berdataran tinggi. Oleh karena itu, daerah di mana masjid Asal berada disebut Desa (Kampung) Penampaan (yang tampak dari berbagai arah).
Masjid ini dinamakan masjid Asal karena merupakan masjid yang pertama sekali dibangun di wilayah sekitar Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai “Masjid Asal” yang konotasinya adalah asal-muasal pendirian masjid di seluruh Gayo Lues dan sekitarnya.
Sejalan dengan perkembangan zaman, penduduk semakin bertambah sehingga masjid Asal Penampaan tidak memadai lagi untuk menampung jamaah shalat lima waktu, maka untuk menampung jamaah melaksanakan shalat lima waktu dibangun masjid baru di samping Masjid Asal Penampaan yang nampak terlihat menyatu dengan Masjid Asal, Kini, kompleks Masjid Asal terlihat megah. Bangunan masjid bercorak modern “membungkus” Masjid Asal yang masih kokoh berdiri di salah satu sudut halaman kompleks tersebut. Bentuk asli peninggalan sejarahnya masih dilestarikan, kecuali lantainya yang telah disemen. Saat masuk ke dalam, suasana masjid terasa sejuk dan menenangkan.
Di dalam masjid ini juga terdapat dua buah kitab suci Alquran peninggalan sejarah yang diperkirakan berumur kurang lebih 800 tahun. Cagar budaya ini masih dilestarikan hingga kini oleh warga dan pemerintah daerah setempat meski sejarahnya perlu diteliti.
Masjid Asal Penampaan ini terletak di pinggiran sungai di Blah Penampaan, tepatnya di dusun Muleng, Kampung Penampaan, Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues tepatnya berada di pusat kota Bangkejeren, untuk menuju lokasi dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor dan kendaraan roda empat.
Masjid Asal Penampaan ini sejak awal didirikan difungsikan sebagai tempat umat Islam melaksanakan shalat lima waktu dan shalat Jumat, disamping itu masjid ini juga difungsikan sebagai kegiatan keagamaan seperti halnya pengertian fungsi masjid secara umum yang mencakup segala aspek kegiatan kaum muslimin termasuk kegiatan sosiologis yang merupakan konsekwensi dari manusia yang berhubungan dengan manusia lainnya, maka fungsi masjid semakin berkembang pula, satu bentuk kegiatan biasanya diikuti oleh kegiatan lain sehingga masjid yang awalnya sebagai tempat ibadah/shalat berkembang menjadi tempat penggalian ilmu agama, pembinaan mental keagamaan, perayaan hari-hari besar, rapat musyawarah, penyaluran bantuan sosial, zakat, berkurban, dan pusat informasi.
Sebuah sumber mengatakan bahwa masjid Asal – Penampaan didirikan pada tahun 815 H/1412 M. Jika informasi ini akurat, berarti masjid Asal Penampaan didirikan dalam masa Kerajaan Pasai. Sebab setidaknya, Kerajaan Pasai telah berdiri dari tahun 1282 M, (Ibrahim Alfian, 2004: 26) dan jatuh dalam kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam di tahun 1524 M, (Amirul Hadi, 2004: 13).
Menilik tahun pendiriannya (1412 M), jika ini valid maka dapat disimpulkan bahwa masjid ini telah berdiri jauh sebelum berdirinya kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Aceh Darussalam adalah kerajaan pertama yang menyatukan seluruh wilayah Aceh dalam satu kekuasaan.
Masjid Asal juga menjadi dasar pemberian nama kampung dimana masjid itu berada. Nama Desa Penampaan berasal dari kata “penampaan” yang artinya “penampakan/tampak atau terlihat”. Konon menurut riwayat, di masa lalu masjid ini bisa dilihat dari berbagai wilayah di Gayo Lues. Mungkin hal ini disebabkan oleh kondisi wilayah sekitar masjid Asal yang merupakan daerah datar dan masih minim dihuni penduduk. Dengan demikian ia bisa dilihat dari berbagai arah yang umumnya berdataran tinggi. Oleh karena itu, daerah di mana masjid Asal berada disebut Desa (Kampung) Penampaan (yang tampak dari berbagai arah).
Masjid ini dinamakan masjid Asal karena merupakan masjid yang pertama sekali dibangun di wilayah sekitar Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai “Masjid Asal” yang konotasinya adalah asal-muasal pendirian masjid di seluruh Gayo Lues dan sekitarnya.
Sejalan dengan perkembangan zaman, penduduk semakin bertambah sehingga masjid Asal Penampaan tidak memadai lagi untuk menampung jamaah shalat lima waktu, maka untuk menampung jamaah melaksanakan shalat lima waktu dibangun masjid baru di samping Masjid Asal Penampaan yang nampak terlihat menyatu dengan Masjid Asal, Kini, kompleks Masjid Asal terlihat megah. Bangunan masjid bercorak modern “membungkus” Masjid Asal yang masih kokoh berdiri di salah satu sudut halaman kompleks tersebut. Bentuk asli peninggalan sejarahnya masih dilestarikan, kecuali lantainya yang telah disemen. Saat masuk ke dalam, suasana masjid terasa sejuk dan menenangkan.
Di dalam masjid ini juga terdapat dua buah kitab suci Alquran peninggalan sejarah yang diperkirakan berumur kurang lebih 800 tahun. Cagar budaya ini masih dilestarikan hingga kini oleh warga dan pemerintah daerah setempat meski sejarahnya perlu diteliti.
Category: Data Gayo Lues, Khilafah, pariwisata, Sejarah