Sejarah Berdirinya Dayah-Dayah di Aceh

Unknown | 9:34 PM |


Data Aceh. Dayah (dalam bahasa Arab; زاوية zawiyah. Arti harfiahnya adalah sudut, karena pengajian pada masa Rasulullah dilakukan di sudut-sudut masjid). Dibeberapa negara muslim lain dayah atau zawiyah juga lazim disebutkan sebagai sekolah agama Islam (madrasah) Di Indonesia penyebutan dayah untuk sebuah lembaga pendidikan agama Islam adalah di Aceh (di pulau Jawa disebut pesantren, asal kata "pe-santri-an". Artinya tempat para santri menetap dan menimba ilmu)

Pada zamana pra-kolonial di Aceh, dayah adalah satu-satunya institusi pendidikan resmi Kesultanan Aceh Darussalam. Dayah berdiri hampir disetiap gampong (desa) dan menjadi tempat anak-anak belajar aksara Arab. Struktur kelembagaan dayah di Aceh dari yang terendah hingga tertinggi adalah sebagai berikut: Meunasah, Rangkang, Dayah, Dayah Teungku Chik, terakhir Jami'ah. Sejarah dayah pertama yang diyakini hingga sekarang adalah Dayah Cot Kala di Aceh bagian timur, dianggap juga sebagai lembaga pendidikan Islam pertama di Asia Tenggara.

Dayah Cot Kala didirikan pada masa awal berkembangnya agama Islam di Nusantara. Pada masa berikutnya ada dayah Seureule yang diasuh oleh Teungku Sirajuddin, berdiri sekitar tahun 1012-1059 M. Kemudian dayah Blang Peuriya yang didirikan oleh Teungku Ya'kob pada 1153 M, berdiri sampai dengan tahun 1233 M. Dayah Batu Karang di Kerajaan Tamiang yang didirikan oleh Teungku Ampon Tuan. Terakhir dayah Keuneu'eun di Aceh Besar yang didirikan oleh Syaikh Abdullah Kan'an seorang ulama berkebangsaan Palestina.

Kesultanan Aceh pada masa kejayaannya juga mengelola sebuah lembaga resmi dayah tertinggi di ibukota Kesultanan Aceh yang disebut sebagai Jami'ah Baiturrahman.

Pada masa berikutnya banyak berdiri dayah-dayah tua di Aceh, di antaranya yang besar adalah: Dayah Tanoh Abee berdiri tahun 1823 M di Aceh Besar. Dayah Tiro di kecamatan Tiro Pidie didirikan pada tahun 1781 M oleh ulama Tiro yang kelak keturunannya menjadi keluarga besar pahlawan nasional Teungku Chik Di Tiro.

Santri dayah salafi menjalankan sistem belajar mengajarnya dengan sistem yang nyaris tak berubah sejak ratusan tahun. Mereka mempelajari kitab kuning berbahasa karangan para ulama abad pertengahan dan menyesuaikan konteksnya dengan masa kini. Sumber ilmu rujukan adalah dari ulama bermazhab Syafi'i dan beraliran Ahlussunnah wal Jama'ah.

Proses belajar mengajar dilakukan hingga beberapa kali dalam satu hari satu malam. Dimulai pertama sejak usai salat subuh berjama'ah dipagi hari hingga usai salat Isya setiap malam. Kegiatan belajar mengajar itu diselingi dengan kegiatan normal lainnya berupa istirahat, makan serta jam bebas yang biasanya digunakan untuk saling berinteraksi sesama santri.

Dalam setiap tahun ajaran akan dilaksanakan dua kali ujian yang disebut dengan ujian semester. Meskipun pada beberapa dayah ujian ini disesuaikan waktu pelaksanaannya dengan jadwal hari besar Islam berupa datangnya awal bulan ramadhan dan hari raya idul adha. Biasanya ujian selalu dilaksanakan pada menjelang keduanya.

Sementara hari libur ditetapkan seragam disemua dayah baik modern maupun salafi, yaitu pada hari Jum'at. Pada hari ini beberapa santri yang datang dari kampung terdekat biasanya diizinkan untuk menjenguk keluarganya. Sedangkan mereka yang datang dari tempat jauh akan cukup gembira menerima kunjungan keluarganya. Kegiatan wajib santri pada hari libur pekanan adalah bekerja bakti membersihkan lingkungan dayah.


Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Category: , ,

Harga Emas Terkini